Petasan Ramadhan II
Pagi itu dingin seakan tak permisi dulu untuk menyeruduk kedalam tulang. Memang, katanya hanya kota ini yang disinggahi dingin. Tak kota lain dipulau “dek kapal Nuh” ini. Dan seperti biasa, dua orang laki-laki berjalan bareng menyusuri aspal lebar, proyek jalan lintas selatan yang belum rampung. Mereka sengaja gag ikut ceramah subuh, dikarenakan ini adalah hari minggu, hari dimana dipagi uthuk-uthuk banyak muda-mudi hilir beriringan naek motor pergi ke aspal ini. Ya hanya sekedar nongkrong, mejeng, bertemu dengan temannya, atau yang sedang dicari oleh Togog dan Mbilung, “PESTA MERCON”!
Mbilung : wah kang, uadeem tenan ki… jan, mau malah lali ra nggowo jaket.
Togog : hu’um Lung, aku ki nganggo jaket, tapi njero ora rangkepan blass. Hayoo malah le silirr ngene ki??heheh
Mbilung : kang, by the way iki kok aku belum dengar suara ‘BOM’ petasan ya?
Togog : haissh, lha jelas belum no, kita kan terlalu mruput kesini. Tadi tuh mending kita dengerin dulu ustad muda yang ceramah itu. Lha kamu malah ngajak mbolos ceramah subuh.
Mbilung : heheh, iyo ig kang. Lha begitu aku tau yang ngasih ceramah ustad itu, aku langsung ber negative thingking je. Mending dari pada didalem masjid aku nggrundel dan misuh-misuh dalam hati mending aku ngajak sampeyan tadabur alam sambil olahraga. Menikmati indahnya suasana pagi dibulan suci yang penuh hikmah ini, ditemani suara ombak yang merdu sekali. Kita berjalan menyusuri aspal yang belum jadi. Maksud hati ingin mencari ridho Illahi. Namun, dingin yang menghampiri..
haiyyaahh… iso berpuisi aku kang.. jiguurr ig!
Togog : hahah, gayamu Lung…
Kedua lelaki itu terus dan terus berjalan. Hingga tak lama berselang, terdengar suara rombongan sepeda motor memecahkan keheningan ombak pagi. Terlihat banyak muda-mudi baik yang masih lengkap dengan atribut peribadahannya ataupun yang memakai pakaian anak kecil(hot pants_red). Mereka langsung menempatkan diri membariskan rapi sepeda motornya di tepian jalan aspal. Ada salah satu dari mereka tiba-tiba berlari agak menjauh dari kerumunan dan mengeluarkan semacam tabung berwarna putih. Oalaah, ternyata mercon buatan ndiri alias hand made.heheh. Sejurus kemudian anak itu menyalakan korek dan menyulut sumbu mercon yang agak gede itu. Tak lama berselang,setelah anak tadi lari menjauh dari mercon, dduuooorrrrr… terdengar dentuman keras bak granat yang meledak di belahan bumi seberang sana. Sontak, Togog dan Mbilung pun kaget, karena mereka tidak tau kalau ada yang menyalakan petasan.
Mbilung : assuuu bajingaaannn…. Kaget tenan aku..
Togog : hush, poso – poso kok malah misuh ki piye?? Nyebut kalimat toyyibah sekk..!!!
Mbilung : astagfirullah…masyaallah… aku khilaf kang :p
Togog : khilaf kok mbendino :p
Mbilung : heheh, eh kang, aku tak tekon, berarti nek gag poso oleh misuh?
Togog : oleh, nek awakmu terdzolimi ato teraniyaya trus koe wes gag iso piye – piye meneh, tur leh mu misuh ki misuhi awakmu dewe, ora misuhi liyan.
Mbilung : ooh, ngono..
Togog : iyo..
Selang beberapa saat sudah berderet-deret anak muda disepanjang aspal yang belum jadi ini. Setelah itu pun bunyi ledakan petasan bersahut – sahutan. Seakan –akan terjadi lomba petasan. Ya, kalau diambil sisi negative nya emang ada, mereka anak muda itu mengganggu pemakai aspal laen yang sedang lewat. Namun, lumayan mereka membuyikan petasan kalau niatnya untuk mengkontemplasi saudara-saudara mereka dibelahan dunia yang – tidak hanya dengar suara petasan saja, tapi Bom, granat, rudal, tembakan senjata otomatis, yang mudah saja membikin tubuh hancur berkeping-keping. Semoga Allah selalu memberi rahmat kepada saudara – saudara kita disana. Allohumma Amiinn…
Bersambung…